Sabtu, April 09, 2011

Totto-chan : Gadis cilik di Jendela

Diposting oleh Firsta Kurnia Romadhoni di Sabtu, April 09, 2011
Totto-chan adalah seorang gadis cilik yang memulai masa-masa sekolah dasarnya. Oleh mamanya, ia dimasukkan ke sebuah sekolah dasar yang pada akhirnya mengeluarkan Totto-chan saat ia masih menjalani tahun pertamanya karena ibu gurunya menganggap Totto-chan adalah anak yang nakal. Suka membuka-tutup mejanya berkali-kali, berdiri di depan jendela kelas dan memanggil pemusik jalanan, dan menggambari meja adalah beberapa contoh kelakuannya yang membuat ibu gurunya kehilangan kesabaran.

Mama Totto-chan yang bijaksana mengajak Totto-chan pindah ke sekolah lain tanpa mengatakan bahwa ia dikeluarkan dari sekolahnya yang lama. Sekolah baru tersebut bernama Tomoe Gakuen. Sekolah ini memiliki banyak keunikan. Salah satunya adalah ruang kelasnya yang tidak lain adalah gerbong-gerbong kereta api yang sudah tidak lagi terpakai. Di sekolah inilah Totto-chan mendapatkan pengalaman-pengalaman luar biasa dan bertemu dengan orang-orang yang tidak akan dilupakan seumur hidupnya.

Kepala sekolah, Sosaku Kobayashi, adalah seorang pendidik yang baik dan bijaksana. Ia menerapkan sistem pendidikan di sekolahnya, Tomoe Gakuen, berbeda dari sekolah-sekolah konvensional di Jepang lainnya. Ia memang telah belajar bertahun-tahun, salah satunya di Eropa, sebelum kemudian ia mendirikan Tomoe Gakuen. Ia mendidik murid-muridnya dengan "menyerahkan"nya pada alam dan membiarkan mereka tumbuh sesuai kepribadian dan talentanya masing-masing. Ia selalu berusaha memahami murid-muridnya dan membuat mereka senang. Inilah yang membuat Totto-chan dan teman-temannya begitu dekat dengan Mr. Kobayashi sampai-sampai menganggapnya sebagai teman.
Di sekolah ini Totto-chan berjumpa dengan teman-teman yang baik antara lain Yasuaki-chan yang terkena polio sejak kecil, Sakko-chan, Miyo-chan, si ahli fisika Tai-chan, Oe, Takahashi yang memiliki kelainan fisik, dan lain-lain. Walaupun beberapa di antara mereka memiliki kecacatan, mereka mampu saling menghargai.

Totto-chan menjalani masa-masa sekolah bersama teman-temannya dengan perasaan senang. Setiap hari ia mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berkesan. Contohnya seperti pengalaman berkemah di aula sekolah, berenang di kolam renang sekolah, dan ketika mengajak sahabatnya yang menderita polio, Yasuaki-chan, memanjat pohon. Suatu saat kegembiraan ini mulai terkikis perlahan, mulai dari meninggalnya Yasuaki-chan, kesulitan Papa dalam mencari nafkah ketika perang mulai berkecamuk, hilangnya Rocky, anjing kesayangan Totto-chan, hingga pada akhirnya terbakarnya sekolah Tomoe Gakuen pada tahun 1945 akibat serangan dari pesawat-pesawat Amerika. Akan tetapi, masa-masa sekolah dasar ini takkan pernah dilupakan oleh Totto-chan seumur hidupnya.

ANALISIS CERITA TERKAIT DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN SOSIO-EMOSIONAL ANAK SERTA PENDIDIKAN PRASEKOLAH

Cerita ini memberikan beberapa gambaran mengenai perkembangan manusia di masa kanak-kanak awal. Perkembangan ini didukung oleh banyak sekali faktor, antara lain berupa dukungan dan didikan dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya seperti kepala sekolah, Mr. Kobayashi, dan pengalaman-pengalaman sehari-hari yang didapatkannya.

Perkembangan Kognitif

Dalam kisah ini Totto-chan digambarkan sebagai seorang anak yang baru memasuki sekolah dasar. Kemudian cerita berlanjut pada pengalaman-pengalamannya ketika menjalani tahun-tahun pertamanya di sekolah tersebut. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Totto-chan sedang berada pada tahap praoperasional, salah satu tahap pekembangan kognitif Jean Piaget, yang terentang kira-kira dari usia 2 sampai 7 tahun.

Tahap praoperasional ini terbagi atas dua subtahap:
1. Subtahap fungsi simbolis, ciri-cirinya adalah egosentrisme dan animisme.
2. Subtahap pemikiran intuitif, ciri-cirinya adalah penalaran primitif dan sentrasi.

Egosentrisme, suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif diri sendiri dengan perspektif orang lain, tampak ketika Totto-chan meminta dibelikan anak ayam oleh orang tuanya. Walaupun telah diperingatkan oleh mereka bahwa anak ayam lemah dan takkan hidup lama, Totto-chan tetap saja bersikeras dan merengek minta dibelikan. Bahkan ia mengatakan bahwa ia tidak akan meminta apapun lagi setelahnya.

Begitu pula pada saat ia mendapat peran dalam drama di sekolahnya sebagai Yoshitsune. Dalam drama tersebut Yoshitsune dipukuli oleh Benkei yang diperankan oleh salah satu teman Totto-chan, Aiko Saisho. Seharusnya, Yoshitsune hanya diam saja dan pasrah ketika dipukuli oleh Benkei. Akan tetapi, setiap kali Yoshitsune (Totto-chan) dipukul oleh Benkei (Aiko) ia selalu membalas walaupun telah diberitahu berkali-kali untuk tidak membalas. Ini juga contoh dari egosentrisme.

Ciri lainnya, yaitu animisme dan penalaran primitif juga terdapat dalam cerita ini. Animisme tampak ketika Totto-chan diajak oleh Sakko-chan melihat sumur yang berisi bintang jatuh. Ketika mereka melihat ke dalamnya ternyata yang ada hanya sesuatu yang tampak seperti batu dan tidak berkelipan seperti bintang yang dibayangkan oleh mereka. Kemudian Totto-chan berkata, "Mungkin bintang itu sedang tidur. Kurasa mereka harus tidur di siang hari dan bersinar di malam hari."

Di samping itu, penalaran primitif ditunjukkan pada bagian cerita ketika ia berbohong pada mamanya. Pernah suatu kali ia merangkak di bawah pagar sehingga pakaiannya robek dari atas ke bawah. Ia tahu bahwa mamanya menyukai pakaian tersebut. Karena itu ia berusaha keras mengarang cerita dan menyampaikannya pada mamanya. "Aku sedang menyusuri jalan. Tiba-tiba segerombolan anak nakal melempari punggungku dengan pisau." Pada tahap praoperasional ini anak tampak begitu yakin tentang pengetahuan atau pemahaman mereka tetapi tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Perkembangan Sosio-emosional

Totto-chan dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Orang tuanya selalu berusaha memahami perasaan Totto-chan dan memotivasinya. Sebagai contoh adalah ketika Totto-chan dikeluarkan dari sekolahnya yang lama karena dianggap nakal. Kemudian sang mama hanya berkata pada Totto-chan, "Bagaimana kalau kau pindah ke sekolah baru? Mama dengar ada sekolah yang sangat bagus." Ia tak memberitahu pada Totto-chan bahwa anaknya tersebut dikeluarkan karena dianggap nakal. Ini dilakukannya demi menjaga perasaan Totto-chan. Begitu pula papanya yang tidak jadi memarahi Rocky, anjing kesayangan Totto-chan ketika tanpa sengaja menggigit telinga Totto-chan karena ia tahu bahwa anaknya sangat menyayangi anjingnya.

Diana Baumriend (1971) menekankan tiga tipe pengasuhan anak: otoriter, otoritatif, dan laissez faire (permisif). Pola pengasuhan yang diterapkan oleh mama papa Totto-chan dapat dimasukkan dalam tipe otoritatif, yaitu yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih terdapat batas-batas dan pengendalian atas tidakan-tindakan mereka. Contohnya adalah ketika Totto-chan melakukan sebuah kesalahan, yaitu melopat ke sebuah gundukan pasir yang tinggi. Ternyata, gundukan tersebut bukanlah pasir, melainkan adonan semen abu-abu. Totto-chan terbenam ke dalam semen tersebut hingga ke leher. Mama menemukannya dan berkata, "Rasanya mama pernah mengingatkan kalau melihat sesuatu yang menarik jangan langsung melompat ke situ. Lihat dulu, baru lompat!" Setelah itu Totto-chan berjanji tidak akan melompat ke gundukan pasir lagi.

Selain orang tua, kepala sekolahnya, Mr. Kobayashi juga memiliki peranan penting dalam proses perkembangan sosio-emosional Totto-chan. Mr. Kobayashi juga menerapkan tipe pengasuhan otoritatif pada anak-anak didiknya. Contohnya adalah ketika ia mengajak Totto-chan bermusyawarah mengenai pita rambut yang dikenakan Totto-chan. Mr Kobayashi berkata, "Totto-chan, aku sangat berterima kasih jika kau tidak lagi memakai pita itu ke sekolah. Kau tahu kan, Miyo-chan selalu merengek-rengek minta pita seperti itu. Kau keberatan?" Kemudian keesokan harinya Totto-chan bersedia untuk tidak memakai pita itu lagi ke sekolah.

Di sekolah Totto-chan dikenal sebagai murid yang baik. Akan tetapi, ia juga sering mengagetkan guru-gurunya dengan melakukan hal-hal aneh karena keingintahuannya terhadap hal-hal yang tidak biasa. Misalnya seperti mengapit kepangnya di ketiak sambil berbaris di pagi hari, menggantungkan salah satu lengannya di palang latihan yang paling tinggi di ruang olahraga dan mengatakan pada guru yang menemukannya, "Hari ini aku jadi sepotong daging!", dan kelakuan-kelakuan aneh lainnya.

Hal ini bisa membuat orang-orang di sekitarnya menganggap ia aneh dan nakal. Akan tetapi, Mr. Kobayashi selalu berkata pada Totto-chan, "Kau benar-benar anak baik. Kau tahu itu, kan?" Kalimat sederhana ini telah tertanam dalam hatinya sehingga ia menjadi sosok yang percaya diri dan selalu berusaha tetap menjadi "anak yang baik".

Di sekolahnya, Tomoe Gakuen, Totto-chan berkenalan dengan teman-temannya. Di sanalah ia belajar bersosialisasi dengan orang-orang selain orang tuanya. Ia berteman baik dengan teman-teman sekelasnya. Sekolah tersebut pun telah memberikan pelajaran pada murid-muridnya untuk menghargai teman-temannya walaupun pada saat itu ada beberapa teman Totto-chan yang mengalami kelainan secara fisik. Totto-chan tetap berteman baik dengan mereka bahkan ia sering menghibur dan membela teman-temannya yang cacat jika diejek oleh anak-anak dari sekolah lain.

Pengalaman emosional ia seringkali ia dapatkan. Pengalaman-pengalaman ini memberikan banyak pelajaran padanya. Contohnya adalah ketika dompetnya terjatuh ke dalam kakus ia berusaha menaha diri untuk tidak menangis dan mencari sendiri dompet itu. Pengalaman lainnya, misalnya ketika Yasuaki-chan meninggal dan hilangnya Rocky yang diduganya juga meninggal, mengajarkan padanya tentang perasaan kehilangan. Ia pun berusaha untuk tabah menghadapi kehilangan tersebut.

Pendidikan Prasekolah untuk Anak

Dalam kisah Totto chan ini, yang paling diceritakan adalah masa-masa sekolah dasar Totto-chan, lebih tepatnya adalah ketika ia menjalani tahun-tahun pertama sekolahnya. Akan tetapi, di sini pun juga disinggung mengenai pendidikan prasekolah. Kepala sekolah Tomoe Gakuen, Sosaku Kobayashi, pernah mendirikan taman kanak-kanak dengan kawan-kawannya. Ia sering berkata pada guru-guru di TK tersebut agar tidak mencoba memaksa anak-anak tumbuh sesuai kepribadian yang digambarkan. Ia lebih suka jika anak-anak tersebut "diserahkan" pada alam dan berkembang sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan.

Konsep ini setidaknya tak jauh berbeda dengan sistem pendidikan yang ia terapka di Tomoe Gakuen. Di sekolah ini murid diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri urutan pelajaran, jam bebas untuk melakukan hal-hal yang mereka minati, dan kesempatan untuk berjalan-jalan di alam sambil belajar. Contohnya seperti saat mereka diajak untuk belajar bercocok tanam langsung di ladang salah seorang petani sambil belajar mengenai hewan-hewan yang ada di sana.

Di sekolah ini para murid sangat diperhatikan. Kepala sekolah menyuruh mereka membawa bekal makan siang yang terdiri atas sesuatu yang berasal dari gunung dan sesuatu yang berasal dari laut dengan tujuan supaya anak-anak tersebut memakan makanan yang menyehatkan setiap harinya. Ia pun menyuruh murid-murid mengenakan pakaian yang usang ke sekolah dengan maksud agar murid-murid tersebut dapat bebas ketika mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah. 

Menurutnya, sayang jika anak-anak harus takut dimarahi akibat mengotori pakaian mereka atau ragu-ragu bergabung dalam suatu permainan karena cemas baju mereka akan robek.

Yang jelas, sistem yang diterapkan dalam Tomoe Gakuen sangat berbeda dari sekolah-sekolah konvensional di Jepang saat itu yang masih menerapkan banyak aturan yang mengekang kebebasan murid-muridnya untuk berkreasi, memuaskan rasa ingin tahunya, dan menjadi dirinya sendiri. Selain itu, di sekolah lain masih ada hukuman terhadap murid-murid yang bersalah. Ini dapat menumbuhkan perasaan malu dan rendah diri pada anak-anak tersebut. Keadaan ini berbeda jauh dari Tomoe Gakuen. Jika ada murid yang bersalah, Mr. Kobayashi akan menegurnya dengan cara yang baik. Kenyataannya, murid-murid di Tomoe Gakuen tumbuh menjadi anak-anak yang baik.

Kepala sekolah selalu berusaha menyenangkan murid-muridnya. Ia mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dan keinginan mereka. Ia pun selalu menegur murid-murid yang melakukan kesalahan dengan cara yang baik tanpa memarahi mereka. Ia sering menunjukkan kasih sayang dan kecintaannya pada murid-muridnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Hi Read This..!!

This Is Me

Foto Saya
Im just fashion design and art addicted. And beautiful day dreamer since 1992

compartidísimos

Buscar

 

Autumn After Summer Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos